Orang umum memandang pendidikan berguna untuk menjadikan orang yang tidak bisa membaca jadi bisa membaca, dan bagi masyarakat yang tidak bisa berhitung menjadi bisa berhitung. Sebenarnya fungsi pendidikan itu adalah bagaimana menjadikan manusia tersebut menigkat secara kualitas berfikir dan bagaimana pendidkan itu bisa menjadi realitas zaman dengan berbagai sikap, cara pandang dan nilai-nilai yang berguna dimasa yang akan datang.
Jadi, pendidikan tersebut cenderung mendorong manusia untuk berpikir dan bertindak terhadap realitas zaman yang membawa mereka dalam penderitaan. Mereka sadar bahwa kemiskinan adalah realitas yang menyengsarakan. Melalui serangkaian proses, mereka berusaha sekuat tenaga agar keluar dari jeratan kemiskinan. Sebab dengan pendidikanlah, manusia dapat melakukan mobilitas vertikal keatas atau memalui pendidikan manusia dapat menigkatkan status sosial mereka kejenjang yang lebih tinggi menuju kesuatu kehidupan yang tanpa ada lagi “embel-embel” miskin. Proses ini telah menjadikan tinggkat kemiskinan akan berkurang, karena orang-orang akan dapat mudah untuk terserap dalam berbagai jenis pekerjaan dengan adannya pendidikan yang menjadikannya memiliki kapabilitas atau kemampuan.
Tanpa melupakan faktor-faktor lain, pendidikan terbukti merupakan unsur dominan yang menjadikan manusia agar menjadi pribadi yang mempunyai kapabilitas unggul dengan didukung keterampilan tertentu yang memudahkan mereka bisa terserap dalam dunia kerja. Nasib mereka yang mengeyam pendidikan tentu jauh lebih baik dibanding yang tidak. Perekonomian negara yang mayoritas masyarakatnya mengenyam pendidikan, lazimnya jauh lebih sejahtera dibanding dengan masyarakat pada suatu negara yang tidak mengenyam pendidikan. Pola pikir dan cara pandang terhadap realita kehidupan yang membuat masyarakat berpendidikan berbeda dan selangkah lebih maju dibanding mereka yang tidak berpendidikan. Jika masyarakat tidak berpendidikan hanya berorientasi pada masa kini yang cenderung konsumtif yang sifatnya sesaat, maka masyarakat berpendidikan jauh berorientasi ke depan dengan menanamkan nilai-nilai yang berkelanjutan antara masa sekarang dan masa depannya.
Pendidikan itu akan berperan sebagai pembentuk pola pikir yaitu ketika pendidikan tersebut telah ditanamkan sejak kecil. Pendidikan bagi setiap anak adalah penting. Dengan pendidikan, anak dapat tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembang merupakan hak dasar anak dari empat hak dasar lainnya dalam Konvensi Hak Anak. Hak atas pendidikan termaktub dalam Konvensi Hak Anak yang isinya: “Negara-negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dengan tujuan mencapai hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan sama, khususnya akan membuat pendidikan dasar dan tersedia cuma-cuma untuk semua anak.
Pemerintah dalam bentuk pedulinya terhadap pendidikan anak, menggalangkan wajib belajar 9 tahun. Pendidikan dasar 9 tahun diharapkan bahwa setiap warga negara akan memiliki kemampuan untuk memahami dunianya, mampu menyesuaikan diri bersosialisasi dengan perubahan masyarakat dan jaman, mampu meningkatkan mutu kehidupan baik secara ekonomi, sosial budaya, politik dan biologis, serta mampu meningkatkan martabatnya sebagai manusia dan warga negara dari masyarakat yang maju.
Program yang dijalankan oleh pemerintah ini menjadikan para murid yang mengenyam pendidikan dasar 9 tahun akan dibebaskan dari biaya pendidikan atau SPP, disamping itu pembebesan biaya pendidikan juga harus diiringi dengan mutu pendidikan dan pendidik. Mutu hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan jika didukung oleh proses pembelajaran yang bermutu. Indikator proses pembelajaran bermutu adalah yang sesuai dengan tujuan dan visi kurikulum yang telah ditetapkan. Oleh karena itu proses pembelajaran merupakan muara dari implementasi kurikulum. Implementasi kurikulum dilaksanakan oleh guru dengan menerjemahkan tujuan dan isi kurikulum ke dalam rancangan pembelajaran. Guru biasanya mengembangkan pembelajaran dengan bergantung kepada bahan ajar yang terdapat dalam Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP). Ketergantungan inilah yang bisa menjadikan guru tidak kreatif dalam mengimplementasikan kurikulum.
Mutu juga merupakan hal yang diutaman dalam meningkatkan output dari pendidikan tersebut, dan hal itu lah yang menjadi upaya pemerintah Sumatera Barat dalam peningkatan kualitas pendidikannya. Upaya tersebut menghasilkan Sumatera Barat salah satu propinsi yang sukses menjalankan program wajib belajar yang jumlah peserta didiknya lebih dari 80%, dimana angka partisipasi kasar untuk sekolah dasar 95,29%, sekolah menengah pertama 98,9%, dan sekolah menengah atas 77,28% (data tahun 2008). Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi yang banyak dikunjungi oleh para pelajar karena tingkat pendidikannya yang tinggi dan lingkungan yang ramah. Karena itu, pemerintah daerah sangat perhatian pada dunia pendidikan karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kemajuan daerah. Hal ini dibuktikan dalam APBD, dimana untuk pendidikan dianggarkan dengan angka yang cukup tinggi.
Tercapainya angka persentase tersebut karena adanya peran aktif masing-masing dinas pendidikan kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Barat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kabupaten Agam adalah wilayah di Sumatera Barat dengan geografis berupa pesisir dan juga pegunungan dengan medan berat dan wilayah yang luas, pasti untuk penyebaran pendidikan antar wilayah di Kabupaten Agam tidaklah sama.
Menurut data tahun 2009, penyebaran sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Agam terdiri dari 423 buah sekolah dasar dan terdapat 56 buah sekolah lanjutan tingkat pertama, dengan total tenaga pendidik 4.346 orang untuk sekolah dasar dan 2825 orang untuk sekolah lanjutan tingkat pertama. Dengan total siswa yang terdiri dari 56.084 siswa sekolah dasar dan 24.433 orang siswa sekolah lanjutan tingkat pertama.
Untuk merealisasikan kemajuan pendidikan kabupaten Agam, pemerindah daerah telah menganggarkan Rp. 31.927.560.000,- (Data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Agam tahun 2008/2009). Anggaran tersebut adalah tertuju untuk mutu pendidikan di kabupaten Agam yang lebih berkualitas. Tapi dalam kenyataannya banyak juga isu yang bersedar bahwa dengan anggaran tersebut yang artinya pembebesan biaya pendidikan bagi yang sekolah sampai jenjang sekolah lanjutan tingkat atas bukan merupakan solusi untuk meningkatkan persentasi orang-orang yang terbebas dari buta huruf. Hal itu terjadi karena bagi masyarakan yang kurang mampu, biaya pendidikan yang gratis tidaklah merupakan solusi untuk mereka dapat melanjutkan pendidikan, karena mereka juga akan mengeluarkan uang untuk seragam sekolah, buku, dan kelengkapan sekolah lainnya yang dinilai memberatkan bagi mereka.
Menurut observasi, diasumsikan bahwa biaya yang harus dikeluarkan oleh siswa pendidikan dasar adalah senilai Rp 500.000,- per tahun. Jika APBD untuk pendidikan Agam adalah senilai Rp. 31.927.560.000,- dengan total peserta didik yang ditangung negara berjumlah 80517 orang, jadi masing-masing murid mendapatkan Rp 396.532,- per tahun.
Antara asumsi dan realita yang terjadi, terlihat nilai yang diterima oleh masing-masing peserta didik masih kurang dari asumsi kebutuhan pertahunnya, jadi ketidak mampuan pemerintah daerah untuk membiayai biaya pendidikan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kabupaten Agam menjadi salah satu 5 terbawah kabupaten dan kota di Sumatera Barat dengan tingkat buta huruf yang tinggi, data tahun 2009 menunjukkan angka buta huruf penduduk berumur 15-64 tahun di Kabupaten Agam adalah 2,35%.
Selain kendala anggaran, Kabupaten Agam juga harus membangun kembali sekolah yang roboh akibat gempa tanggal 30 Desember silam dengan bantuan dari Pemerintah Pusat dan daerah, Non Goverment Asing (NGO) serta masyarakat perantauan. Sekolah yang roboh mencapai 200 dengan target tahun 2011 selesai.
Jika APBD yang dianggarkan tidak mencukupi dalam usahan untuk mengatasi anggka buta huruf, maka pemerintah daerah seharusnya lebih membesarkan anggaran untuk pendidikan dasar dengan salah satunnya mengalokasikan anggaran sektor lain untuk pendidikan, karena dengan pendidikan yang bermutu akan menghasilkan SDM dengan kemampuan dan keterampilan yang nantinya akan sangat berguna untuk pembangunan daerah.
No comments:
Post a Comment